Blog Saleh dan Emi

Ngumpulin tulisan yang berserakan

Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak

Posted by Saleh Lapadi pada Februari 25, 2007

Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak

Emi Nur Hayati Ma’sum Sa’id

Prolog

lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.[1]

Perlu ditekankan bahwa lingkungan tidak seratus persen mempengaruhi manusia, karena Allah menciptakan manusia disertai dengan adanya ikhtiar dan hak pilih. Dengan ikhtiarnya, manusia bisa mengubah nasibnya sendiri. Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba mengkaji peran lingkungan keluarga dalam pembentukan pribadi seseorang.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi genetik seseorang dan ia berperan dalam menyiapkan fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan.[2]

Lingkungan jika dihadapkan dengan genetik ia adalah faktor luar yang berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang baik itu faktor-faktor lingkungan pra kelahiran atau pasca kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial juga mencakup lingkungan keluarga, sekolah, mazhab dan sebaginya.

Pentingnya lingkungan

Lingkungan sosial manusia adalah faktor penting dalam pembentukan ciri khas kejiwaan dan norma manusia, bahasa dan adab serta kearifan lokal. agama dan mazhablah pada umumnya yang memaksakan lingkungan sosial terhadap manusia.[3]

Syahid Mutahhari berkata, “manusia meskipun ia tidak bisa memisahkan hubungannya dengan genetik, lingkungan alam, lingkungan sosial dan sejarah zaman secara keseluruhan, akan tetapi ia mampu melawannya sehingga bisa membebaskan dirinya dari ikatan faktor-faktor ini. Dari satu sisi manusia dengan kekuatan akal dan ilmunya dan dari sisi lain dengan kekuatan ikhtiar dan imamnya ia mampu melakukan perubahan pada faktor-faktor ini. Faktor-faktor ini ia rubah sesuai dengan kemauannya, sehingga ia menjadi pemilik bagi nasibnya sendiri.[4]oleh karena itu benar kalau kita katakan bahwasanya lingkungan memiliki peran mendasar dalam pembentukan kepribadian manusia akan tetapi bukan faktor penentu yang pasti karena manusia memiliki ikhtiar.

Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan inggris yang berarti persona atau personality yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini belum diketahui.[5]

Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan sebuah  kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan kepribadian tersebut.

Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.[6]

Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.

Kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di antaranya pada masa pra kelahiran  yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang  baru lahir, tahnik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini sangat berpengaruh pada jiwa anak.

Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan. [7]

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak.

Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada  berbagai ragam situasi dan  kondisi dalam lingkungan keluarga.

Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.[8] Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.

Banyak hadis yang mengisyaratkan tentang pengaruh genetik dan lingkungan dalam pendidikan anak. Hadis yang  mengisyaratkan tentang pengaruh genetik, “Orang yang bahagia adalah orang yang sudah bahagia semenjak ia berada di dalam perut ibunya dan orang yang celaka adalah orang yang sudah celaka semenjak ia berada di dalam perut ibunya”.[9]

Hadis yang mengisyaratkan  tentang pengaruh lingkungan: “Setiap anak  dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.[10]

Faktor-faktor ini (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan  lebih keras.[11]

Berdasarkan hadis Rasul saw yang mengatakan, “Anak adalah raja selama tujuh tahun pertama dan hamba pada tujuh tahun kedua serta teman musyawarah pada tujuh tahun ketiga”,[12] menunjukkan bahwa masa kehidupan anak dibagi menjadi tiga masa. Orang tua harus tahu bahwa cara menghadapi anak harus berdasarkan ketiga masa ini. jika kedua orang tua menjalankan dengan baik metode-metode yang diberikan Islam  maka mereka nantinya bisa menyerahkan anak yang berkepribadian baik kepada masyarakat.

Betul, konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas  tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam  bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak.

Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam al-Quran, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Dengan demikian kedua orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berpikir atau menghukumi mereka,  akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam al-Quran.

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.[13]

2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.[14] 

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.[15]

4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.[16]

5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak.

Dan yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional  kepada anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus mengamalkannya. Sebagaimana Nabi Muhammad saw sebagai teladan bagi umatnya, pertama beliau sebagai pelakunya. Allah swt dalam al-Quran berfirman, “Sesungguhnya ada pada kalian teladan yang baik  dalam diri Rasulullah saw.’[17] Dalam ayat lain Allah swt berfirman, “Sesungguhnya ada pada kalian teladan yang baik dalam diri Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya”.[18]

 


[1] . Al-Kulaini, Muhammad bin Ya’kub, Alkafi, Tehran, Dar-Al-Kitab Ali-Islamiyah, tahun 1413, jilid 7, hal 16, footnote 2.

[2] . Ahmadi Ali Asghar, farahani Muhammad Taqi, Rawan shenasi umumi, tingkat kardani pendidikan guru, Tehran,(sherkate cap wa nashre kitabhaye darsi iran) percetakan buku-buku pelajaran iran, 1368 HS, hal 61.

[3] . Muthahhari, Murtdha, Muqaddameh-i bar insan dar jahan bini islami, jil 4 (insan dar quran) Tehran, Sadra, cetakan ke 8, tahun 1373, hal 38.

[4] . Idem, hal 38.

[5] . Ahmadi Ali Asghar, farahani Muhammad Taqi, Rawan shenasi umumi, tingkat kardani pendidikan guru,  hal 178.

[6] . Ibid hal 177.

[7] . Hasan Biklu, Behruz, Rawanshenasi khanewade, Sar Omade Kawush, Tehran, cetakan pertama, tahun 1380 HS, hal 145.

[8] . Hasan Biklu, Behruz, Rawanshenasi khanewade, hal 132.

[9] . Al-Muttaqi, Ala-Addin Hisyam-Addin, Hindi, Kanz-Al-Ummal Fi Sunan Al-Aqwal Wa Al-Af’al, jilid 15, hal 855.

[10] . Al-Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Al-kafi, cetakan kedua Tehran, Darul Kutub Al-Islamiah, tahun 1413 HS, jilid 7, hal 16, foot note 2.

[11] . Husein Zadeh, Ali, Sireh Tarbiyati Payombar wa Ahli Bait, jilid 1, Tarbiyate Farzand, Qom, Pazuheshkadeh Hauzah wa Danishgah, cetakan kedua, tahun 1382 HS, hal 40.

[12] . Tabarsi, Razi-Addin Abi Nasr-Al-Hasan bin Fadl, Makarim Al-Akhlak, Beirut, Darul Haura, tahun 1408 HQ, hal 115.

[13] . Dr. Shu’ari Nejat, Ali Akbar, Rawan Shenasi Rushd, Universitas Payame Nur, cetakan kelima, 1381 HS, hal 232.

[14] . Farhadian, Reza, Payehaye Asasi Sakhtare Shakhsiyat Insan dar Ta’lim wa Tarbiyat, Tauhid, cetakan pertama, 1376 HS, hal 44.

[15] . Ibid.

[16] . Ibid, hal 45.

[17] . Quran, Al-Ahzab: 21.

[18] . Quran, Al-Mumtahanah: 4.

16 Tanggapan to “Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak”

  1. purwadi06 said

    Mo nanya nih ? Gimana caranya bikin tulisan sebanyak ini ? Apa tiap hari nulis terus ya ? Tolong dong kasih tahu ya?

  2. Salam kenal Mas Purwadi…
    Tulisan-tulisan ini punya dua orang jadinya kelihatan banyak. Padahal kalau dihitung-hitung cuma sedikit.
    Bila tetap kedapatan banyak, resepnya, nulis aja setiap hari gak pake diitung. Heheeee

  3. ressay said

    kalau kata ustadz Jalaluddin Rakhmat, mainkan saja keyboardnya. keluarkan semua yang ada di pikiran kamu. jangan sampai kamu berhenti karena kehabisan ide.

    kalau kata Pak Hernowo (guru Bahasa Indonesiaku), tulisan yang baik adalah tulisan yang mengalir begitu saja. jangan takut salah, tuliskan saja apa yang ingin kamu sampaikan dan yang ada dipikiran kamu.

  4. tulis… tulis… dan tulis…

  5. Anggara said

    sepakat, kepribadian anak akan sangat ditentukan pertama oleh lingkungan keluarga intinya

  6. Terima kasih atas komentarnya Mas Anggara dan met kenal

  7. S. Ma'mun said

    ass. mas, langsung aja, saya tertarik dengan makalah mas,dan saya mau nanya,apa yakh pengertian lingkungan sekolah dan indikator dari lingkungan sosial sekolahnya? soalnya saya sekarang lagi buat makalah tentang lingkungan sosial sekolah, dan saya kesulitan nyari buku refrensinya. trims ya atas bantuannya.
    salam dari saya

    (S. Ma’mun)

  8. Lingkungan sekolah merupakan tongkat estafet untuk menyampaikan nilai-nilai yang berkuasa dalam masyarakat kepada keluarga melalui pelajar. Hal yang demikian ini terjadi di semua tempat di dunia. Lingkungan sekolah adalah sebuah lingkungan yang terdiri dari kepala sekolah, wakil, guru, pelajar dan pengurus lainnya.
    Bila ada kesepakatan pendidikan dan pengajaran antara keluarga dan sekolah, sama-sama saling memberi semangat dan dorongan kepada pelajar baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjaga nilai-nilai, bersifat dengan sifat-sifat mulia, menjaga peraturan-peraturan ilahi, maka kejiwaan pelajar akan terjaga. Ia memiliki kepribadian yang seimbang. Kemajuan belajar dan produktivitas.
    Yang menjadi pemeran utama dalam penyampaian nilai-nilai ini adalah guru pengajar dan para pengurus sekolah. Pengajar dalam menyampaikan nilai-nilai yang berkuasa dalam masyarakat harus cerdas dan betul-betul menguasai. Namun penyampaian ini akan lebih efektif, bila tidak hanya mencukupkan dengan penyampaian informasi semata, melainkan guru pengajar sebelumnya sudah terdidik dan menjadi contoh sempurna nilai-nilai agama dalam tindak tanduk dan kelakuannya. Inipun tidak mudah dicapai melainkan harus dibarengi dengan rasa kasih sayang dan persahabatan kepada pelajar.
    Ketika di sini kita berbicara nilai-nilai agama, maksudnya adalah sehimpun kepercayaan, wawasan-wawasan, kebiasaan-kebiasaan, perbuatan-perbuatan, reaksi-reaksi yang konstan, bisa dilihat, dinilai, diukur dan diperkirakan sebelumnya. Nilai-nilai agama seperti salat, puasa, hijab, menghormati dan memuliakan syiar-syiar agama dan rasa tanggung jawab dan lain-lain.
    Di sinilah pentingnya memilih guru pengajar bagi pelajar yang akan belajar ilmu pengetahuan darinya. Pengaruh nilai-nilai dan cara pandang serta ideologi seorang guru terhadap muridnya tidak diragukan lagi. Mau atau tidak mau dengan sendirinya murid akan terpengaruh dengan apa yang ada pada gurunya. Nah, adanya keseimbangan antara ajaran yang ada di dalam lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah akan mempermudah seorang guru dalam mendidik muridnya.
    Selain di atas perlu diketahui bahwa antara lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah, ada faktor lain yang mempengaruhi kepribadian anak, anda bisa merujuk pada makalah kami yang berjudul “ Penyimpangan sosial; apa tugas orang tua di hadapan anak-anaknya”. Terima kasih.

  9. Resty said

    Ass.mas!!q senang banget ngebaca tulisan yang udah mas buat!!and q juga heran koq mas bisa ya nulis sebanyak ini,sebenarnya q juga ingin banget jadi penulis handal cuma q tuh kurang bisa ngerangkai kata-kata biar sempurna,tolong dong kirimin q tips-tipsnya?!!

  10. Waalaikum salam, Resty.
    Salam kenal…
    Wah, memang perlu kesabaran Mas!
    Ini juga hasil setelah beberapa tahun nulis, baru bisa seperti ini. Pokoknya nulis saja dulu dan berani ditampilkan. Bikin blog pribadi Insya Allah itu dapat tersalurkan.
    Jangan berpikir sempurna dan bagus terlebih dahulu. Biarkan orang lain yang menilai. Dari situ, kita melakukan evaluasi.
    Mas, kita dilahirkan dalam kondisi tidak tahu, namun dengan ketekunan kita bisa mengetahui banyak hal. Itu harus kita camkan untuk bisa. Menurut Imam Khomeini ra, esensi manusia itu pada ‘Azm-nya. Pada keinginannya. Anda menginginkan pasti bisa. Coba saja…
    Dan satu hal lagi, jangan berhenti menulis dan mulai dari hal yang mudah-mudah terlebih dahulu.
    Semoga bisa!

  11. ikbal said

    keluarga merupakan tonggak pondasi utama seorang anak,terima kasih atas tulisan nya ya,salam kenal

  12. Salam kenal juga dari kami buat Mas Ikbal.
    Semoga sukses dalam urusannya…
    Wassalam

  13. Bagus pembahasannya…

  14. rina said

    ass,salam kenal y aq sangat tertarik sama tulisan mz,aq jg sekarang lg membuat ta yang judulny hampir sama yaitu peran org tua dalm membentuk kepribadian anak,aq jd punya tambhn informsi setelah mmbc tulisan yang mz buat,jd agk mudeng gt lo …..semangat trz dlm berkrya y (^-^)

  15. Wa’alaikum salam,

    Salam kenal balik Mbak Rina.
    Terima kasih atas dorongannya, semoga Anda juga sukses dalam apa yang dicita-citakan.
    Bila informasi yang kami buat membantu Anda, tentu kami sangat senang dan jangan lupa doanya…

  16. ocie said

    ass..salam kenal ya mas,aku suka baca tulisan mas ini,aku juga punya keinginan tuk bisa nulis seperti mas,,sebuah tulisan yang berguna bagi banyak orang&memberi inspirasi.aku minta doanya ya mas……..

Tinggalkan komentar